Searching...
Saturday, April 28, 2012

Imajinasi dan Muridnya


Suatu siang, aku janjian dengan teman lama untuk bertemu di sebuah warteg, tak jauh dari kantorku. Yah, sekedar makan siang dan berbincang-bincang, menyegarkan kembali persahabatan kami. Seperti biasa, ia datang telat, tapi tak apalah. Karena ia selalu datang membawa ide-ide baru. Oh ya… hampir lupa… Perkenalkan, nama temanku Imajinasi.

“ Sewaktu kecil, aku bercita-cita menjadi Superman. Alasannya sederhana, bukan karena kekuatan ototnya atau kekuatan matanya. Satu-satunya alasanku ingin menjadi superman adalah karena superman dapat terbang. Sehingga bisa berkeliling dunia setiap hari. Nyam…nyam…“ Aku membuka percakapan sambil mengunyah ikan bakar. Namun, Imajinasi tak merespon. Ia hanya menyeruput es teh manis dengan santai.

“ Ketika masuk SMP, aku bermimpi menjadi Satria Baja Hitam RX. Karena penampilannya yang keren menurutku… “

“ Ketika kuliah, aku ingin menjadi Spiderman. Well, mungkin karena aku dan Peter Parker punya beberapa kesamaan. Kami sama-sama mahasiswa fisika dan sama-sama sering telat bayar uang kos. “

Ha-ha-ha, dasar! Lantas, apa impianmu sekarang? “ Imajinasi mulai merespon ceritaku.

Hmm, sekarang impianku adalah menjadi Batman! Karena ia kaya, cerdas, baik, sekaligus kuat. “ Kataku.

No-no-no! Semua yang kau ceritakan tadi, bukanlah IMPIAN ataupun CITA-CITA. Itu semuanya KHAYALAN! “ Imajinasi geleng-geleng kepala.

Lho, apa bedanya? “ Aku bingung. Biasalah… Kalau sedang berbicara, Imajinasi sering membuatku bingung pada awalnya…

“ Begini… Impian, Cita-cita, dan Khayalan, mereka semuanya adalah murid-murid binaanku. Semuanya cerdas dan berbakat. Mereka punya pikiran ke depan. Dari mereka, kamu bisa mendapatkan ide-ide kreatif dan gagasan inspiratif.

Mereka semua juga pandai menghibur… Kenapa? Karena mereka mampu membebaskan dirimu dari realitas temporer yang terkadang brutal.

Muridku yang pertama, si Impian. Ia membuat kamu bisa menjelajah waktu dan menciptakan masa depan. Si Impian ini selalu berpikir positif. Ia selalu berpikir bahwa kamu pasti bisa mengatasi hambatan atau rintangan yang pasti menghadang. Impian adalah seorang motivator.

Si Cita-cita, sifatnya hampir sama dengan si Impian. Bedanya, Cita-cita lebih SMART. Artinya, Cita-cita bukan sekedar lebih cerdas, tapi juga lebih Specific, Measurable, Attainable, Relevant, dan Timescale.

Nah, muridku si Khayalan ini agak berbeda dengan muridku yang lain. Si Khayalan ini orangnya agak liar. Kadang-kadang ia melanggar batas-batas kewarasan. Ia juga tidak memiliki hubungan keterikatan (interconnectedness) dengan apa yang kamu lakukan di masa lalu dan masa sekarang.

Si Khayalan ini orangnya nggak jelas... Khayalan selalu bercerita tentang peristiwa-peristiwa yang terpisah (split). Antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lainnya tidak ada relevansi yang rasional.
Bingung ya? Oke… lupakan saja semua kecuali yang satu ini…

Sifat khayalan yang paling mudah dikenali adalah… ia selalu bertentangan dengan hukum alam! Misalnya hukum sebab-akibat. Ia selalu ingin enaknya saja, tanpa mau bersusah payah. Ia lupa ada peribahasa bijak, 'berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian!'

Jadi, Si khayalan ini bukan anak baik… berteman dengannya boleh saja, tapi jangan kamu jadikan sahabat!

Gimana? Kamu sudah mengerti? “

Tampaknya, penjelasan Imajinasi boleh dibilang agak emosional. Mungkin karena ia merasa gagal membina si Khayalan. Sudah capek-capek dipelihara dari kecil, eh… gedenya malah nggak jelas juntrungannya.

Okelah, aku mulai agak paham dengan kondisi ketiga muridmu itu… eh tapi ehm… “ Aku pura-pura batuk.

“ Kenapa? Ada yang ganjil dari penjelasanku? “ tanya Imajinasi sambil menyeka mulutnya dengan tisu.

“ Bukan itu… Aku lupa bawa uang… “

***

~ Permata Hijau 21 April 2010

3 comments:

 
Back to top!