Searching...
Monday, November 14, 2011

Mengukur Ketinggian Gedung Secara Kreatif


Seorang mahasiswa protes, mengapa jawaban ujiannya disalahkan. Iapun menghadap sang dosen untuk mengklarifikasi masalah ini. Soal yang dipermasalahkan adalah: 


“ Bagaimanakah cara mengukur ketinggian sebuah gedung dengan sebuah barometer? ”


Dosen : “ Apa jawabanmu untuk soal ini? “
Mahasiswa : “ Gampang, tinggal naik ke atas atap. Lalu ikatkan tali pada barometer. Perlahan-lahan ulurkan turun barometer itu dari atas gedung sampai menyentuh tanah. Kita dapatkan ketinggian gedung = panjang tali. “


Dosen : “ Jawaban macam apa itu? Tidak ada fisikanya sama sekali! “


Sang mahasiswa tercenung beberapa saat.


Mahasiswa : “ Baiklah Pak, ada jawaban lain yang lebih 'fisika'. Jatuhkan saja barometer itu dari atas gedung. Lalu hitung waktunya, berapa detikkah sampai terdengar suara ‘prang!’. Nah, ketinggian dapat dihitung dari persamaan gerak jatuh bebas, yaitu percepatan gravitasi dibagi dua, lalu dikalikan dengan kuadrat waktu. [h=0.5g*t2]. “


Mahasiswa : “ Kalau matahari bersinar cerah, kita dapat manfaatkan sifat cahaya! Caranya, berdirikan termometer tegaklurus lalu ukur panjang bayang-bayangnya. Ukur pula panjang bayang-bayang gedung. Lalu dengan perbandingan matematis sederhana, kita juga bisa mendapatkan berapa tinggi gedung tersebut. “


Mahasiswa : “ Jika Bapak menginginkan jawaban yang lebih rumit, ada! Caranya, ikatkan barometer dengan seutas tali. Kita punya bandul sekarang. Goyangkan bandul dengan sudut kecil, lalu hitunglah dengan teliti perioda bandul di bawah dan di atas gedung. Kita akan dapatkan percepatan gravitasi dari rumus T = 2 pi akar (l/g). Dari perbedaan percepatan gravitasi di bawah dan di atas gedung, bandingkan dengan rumusan percepatan gravitasi g = G*M/r2, kita akan dapatkan jarak gedung dari selisih jarak bandul dari pusat bumi. “


Mahasiswa : “ Well, jika gedung tersebut memiliki tangga darurat di luar gedung, bisa lebih mudah lagi. Kita bisa naik tangga sambil mengukur tinggi gedung dengan barometer. Bukankah kita tahu berapa panjang barometernya? “


Mahasiswa : “ Jika Bapak menginginkan jawaban yang standar dan membosankan, seperti jawaban mahasiswa lain, baiklah... Barometer digunakan untuk mengukur tekanan udara di bawah dan di atas gedung. Selisih tekanan udara yang tertera pada barometer dapat dikonversikan menjadi ketinggian gedung dalam satuan meter... “


Mahasiswa : “ Tapi, karena kami diajarkan oleh Bapak agar memiliki kebebasan berpikir dan sikap ilmiah, maka tak salah lagi, cara terbaik untuk mengukur ketinggian gedung ini adalah datang ke rumah si perancang gedung lalu katakan padanya, ‘saya akan berikan barometer ini sebagai hadiah untuk Anda, jika Anda sudi memberitahukan berapakah tinggi gedung itu?’ ”  


Dosen : “ @!#*&^%$ “


Konon, mahasiswa tersebut adalah Niels Bohr. Di kemudian hari beliau menjadi peraih nobel dan salah satu mbah Fisika Kuantum. Ada juga yang mengatakan di kisah itu bukan beliau. Tapi satu hal yang jelas: banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk mencapai tujuan. Termasuk cara yang paling ‘bodoh’.
Nah, sekarang giliran Anda untuk menjawab, cara apalagi yang kira-kira mungkin untuk soal tersebut. 


Niels Bohr (1885-1962)

0 comments:

Post a Comment

 
Back to top!